Skip to content

Lekantara

Saya benar-benar terkejut.

Siang ini saya mendapati laman Scholarlyoa.com kosong melompong tiada isi.

Laman yang dikelola oleh Jeffrey Beall tersebut, yang menjadi rujukan utama untuk melihat daftar penerbit jurnal dan jurnal independen yang dicurigai sebagai predator, benar-benar tidak ada isinya lagi. Saya coba klik semua tautan di dalamnya. Tapi yang saya dapati hanya tulisan “Not Found“.

Laman Scholarlyoa.com yang kosong sejak 15 Januari 2017

Daftar penerbit jurnal yang dinilai predator oleh Beall, hilang. Pun pula daftar jurnal independen yang dicurigai sebagai predator oleh Beall, hilang tak berbekas.

Semua catatan-catatan Beall tentang penerbit predator dan jurnal predator, semua hilang. Bahkan, tulisan terbaru Beall soal indeks predator pun turut hilang dari laman yang populer disebut sebagai “Beall’s List” itu.

Saya pun membagikan kejadian ini pada rekan-rekan saya di TerjemahJurnal.com yang juga concerned dengan jurnal-jurnal internasional. Rekasi mereka pun sama. Terkejut. Satu orang rekan saya berkelakar, ini pasti di-hack oleh Habib Rizieq. Hahaha. Bisa aja nih, Sofia. Namun, rekan saya lainnya, Niluh, yang sehari-hari juga bertugas di tim penilai artikel yang terbit di jurnal internasional, memiliki pendapat menarik.

Menurut Niluh, ini adalah tanda kekalahan Beall dari para “kapitalis” jurnal internasional. Dalam hal ini, mungkin termasuk di dalamnya jurnal-jurnal besar yang terindeks Scopus. Nah, sepak terjang seorang Beall pastilah meresahkan para penguasa dunia jurnal internasional yang tergabung dalam mega-indeks Scopus. Bagaimana tidak, Beall dengan lantang berani menyatakan bahwa sebagian jurnal-jurnal yang terindeks Scopus adalah predator. Tentu saja jurnal-jurnal tersebut tidak terima dikatakan demikian. Biar bagaimanapun, jurnal-jurnal yang memang terindikasi sebagai predator tersebut (tapi dinilai berbeda oleh Scopus) sebagian besar pendapatannya berasal dari masuknya artikel-artikel ilmiah dari penulis dunia ketiga. Seperti penulis dari Indonesia. Begitulah analisis sederhana namun masuk akal dari rekan saya.

Anyway, dengan hilangnya Beall’s List dari peredaran, apa yang akan terjadi?

Yang jelas, saya sekarang kehilangan panduan utama untuk menjawab pertanyaan klien-klien saya apakah sebuah jurnal merupakan predator atau bukan. Karena status predator atau tidak itu kini menjadi salah satu syarat bagi para mahasiswa program pascasarjana untuk menerbitkan artikelnya di jurnal internasional. Jika saya tanya klien saya jurnal seperti apa yang dipersyaratkan oleh fakultas atau pembimbing, maka jawaban mereka biasanya, “Yang penting bukan predator.” Sekarang, saya agak kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Maafkan saya ya, bapak dan ibu sekalian. 😀

Akan tetapi, sebuah pertanyaan muncul di benak saya: Bagaimana dengan Dikti? Selama ini saya selalu mendengar bahwa rujukan utama penilaian kredit dosen dalam hal jurnal predator atau bukan adalah dari Beall. Masuk akal juga sih. Jika sudah ada orang yang berbaik hati membuatkan daftar seperti itu, buat apa kita susah-susah menyusun daftar sendiri? Hehehe.

Jadi, apa pedoman Dikti untuk menentukan sebuah jurnal itu predator atau bukan sekarang?

Mari kita sama-sama simak dalam beberapa hari ke depan.

Bagi Anda yang kebetulan tergabung dalam Tim Penilaian Angka Kredit (PAK) di tingkat universitas atau pusat, mungkin Anda sudi berbagi jawaban kepada saya lewat alamat email yang ada di laman ini.

Salam,

Aulia Luqman Aziz

www.TerjemahJurnal.com

Home » Beall’s List Hilang!

Beall’s List Hilang!

Open chat
Hello Lekantara